Mendekati Kata Abadi Bagian 1

          Kini di sinilah aku. Berkumpul bersama orang-orang yang dianggap nakal lalu di asramakan di pondok pesantren HAMKA. Pesantren ini terletak di Sumatera Barat. Meskipun begitu, di sini tidak di perbolehkan menggunakan bahasa daerahnya sendiri yaitu bahasa minang.

"Qumm.. Qumm... Qumm.." teriak Ustad Alex mulai membangunkan kami yang sedang terlelap sambil memukulkan rotan kasih sayangnya ke dinding.

Di pondok pesantren ini terdapat satu wali kamar di setiap asramanya. Menurut sudut pandang kami sebagai santri, Ustad Alex adalah wali kamar yang mengasyikan dan juga paling menakutkan. Ustad Alex juga seorang ustad yang paling dekat dengan kami dan paling perhatian di bandingkan ustad-ustad lain.

Aku seketika bangun ketika mendengar teriakan dari Ustad Alex. Dan langsung bangun meninggalkan tempat tidur yang masih berhawa nyaman. Ku ambil kain sarung dan baju muslim dari lemariku dan langsung memasangnya. Lemari baju ku sangatlah besar dan memiliki dua pintu, namun besarnya lemari ini menjadi tak berarti ketika harus berbagi dengan Duma. Jadi aku hanya menggunakan satu pintunya saja untuk menyimpan semua peralatan dan perlengkapanku di lemari yang besar namun terasa sempit ini.